Perawatan TM

I.          TUNAS
Tidak ada pruning/penunasan selama masa belum menghasilkan (TBM) sampai 6 bulan menjelang panen pertama, dan biasanya 24 bulan setelah tanam, pekerja tidak boleh memotong atau membuang pelepah pada masa ini. Pelaksanaan pruning bisa dilakukan apabila adanya pelepah yang mati dan tidak produkstif, serta adanya janjang dan buah busuk, dan ini disebut pruning sanitasi, gunanya adalah untuk memudahkan pemanen sehingga pekerjaannya tidak terganggu

Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan di beberapa tempat, diketahui bahwa semakin banyak pelepah kelapa sawit pada tanaman maka akan semakin tinggi buah yang akan dihasilkan oleh tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak daun maka proses fotosintesis akan semakin besar terjadi.

Berdasarkan alasan diatas, akan sangat menguntungkan apabila pembuangan pelepah kelapa sawit dilakukan seminimal mungkin selama masa produksi.

Pembuangan pelepah yang berlebihan akan menyebabkan bertambahnya jumlah bunga jantan dan dengan sendirinya akan mengurangi jumlah dan berat tandan buah yang dihasilkan.

Akan tetapi jika pembuangan tidak dilakukan, maka akan timbul kesulitan pada saat memanen tandan buah. Oleh karena itu perlu diambil  langkah kebijaksanaan sebagai berikut :

a.       Pruning untuk sanitasi
Pruning pertama dilakukan bersamaan dengan waktu pelaksanaan kastrasi. Hanya pelepah kering saja yang dibuang. (umur 17 bulan atau 19 bulan).

b.    Pruning Pertama
Pruning pertama dilakukan sebelum pemanenan (harvesting) pertama. Semua pelepah yang berada di bawah tandan buah yang terendah dibuaang sehingga tandan buah yang terendah tersebut tidak perlu memiliki sangga buah.
Setelah pruning pertama, tidak dilakukan lagi pruning sampai tanaman berumur 4 tahun tau sampai tandan buah yang terendah tinggi 1m dari permukaan tanah.

c.    Pruning pada umur 4 tahun.
Ketika tanaman telah berumur 4 tahun dan tandan buah terendah berada pada ketinggian 1 m dari tanah, maka pruning dapat dilakukan mengingat saat ini cukup banyak pelepah yang harus dibuang sehingga jika dilakukan pruning sejaligus akan menyebabkan beban berat (stress) pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, pruning harus dilakukan dalam dua tahap sebagi berikut.
  • jika terdapat 8 lingkaran pelepah (spiral),  maka pruning pertama hanya dibuang 4 lingkaran pelepah saja.
  • 2 – 3 bulan kemudian, 4 lingkaran pelepah tersebut dibuang dengan syarat pruning hanya dilakukan sampai 2 pelepah dibawah tandan  buah yang masak ( 2 sangga buah ).
  • Pruning pada umur 5 – 7 tahun.
Pruning dilakukan sekali dalam setahun.
Harap diperhatikan setelah pruning dan pemanenan dilakukan pelepah yang masih tertinggal harus berjumlah antara 48 – 64 pelepah pada pokok-pokok yang sedang mengalami fase bunga jantan.
Puring dilakukan hanya sampai 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak (2 sangga buah)
Untuk pelaksanaan pruning, agar digunakan system progressive pruning.

d.    Pruning pada umur 8 – 14 tahun.
Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah  pelepah yang tinggal setelah pruning/pemanenan adalah 40 – 48 pelepah atau 5 – 6 pelepah perspiral.

e.    Pruning umur 15 tahun.
Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah pruning/ pemanenan adalah 32 pelepah atau 4 pelepah perspiral

f.    Sistem Progressive Pruning
Yang dimaksud dengan sistem Progressive Pruning adalah Pruning dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun, pelapah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di atas raja yang dibuang :
§   5 - 7 tahun 48 - 64 pelepah
§   8 - 14 tahun 40 - 48 pelepah
§   15 tahun ke atas 32 pelepah

Pelaksanaan dari Progressive Pruning ini dilakukan oleh satu kelompok yang terdiri dari beberapa orang dan kelompok ini bertugas sebagai pruners terns mencrus sepanjang tahun.
Mengenai jumlah pemakaian tenaga per hektar per tahun dengan menggunakan sistem ini tidak melebihi jumlah tenaga yang dipakai pads sistem lama yaitu : maksimum 3 orang per hektar per tahun.
  • Sebaiknya setiap blok dilakukan rotasi pruning sekali sebulan atau sekali dug bulan tergantung kapada kondisi setempat.
  • Keuntungan dari sistem ini adalah untuk mengurangi stress tanaman pruning dilakukan secara sedikit demi sedikit dan terbagi rata dalam satu tahunnya. Secara agronomi hal ini akan sangat menguntungkan.
Keterangan Umum
  • Pemanen harus diberi instruksi agar hanya memotong pelepah seminimal mungkin.
  • Pads waktu melakukan pusingan pruning pelepah yang dibuang hanyalah pelepah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di etas dan pelepah yang mulai keying.
  • Pruning harus diusahakan dilakukan pads musim hujan (jika menggunakan sistem biases).
  • Untuk melakukan pruning pads pokok-pokok yang sedang dalam mass Ease bungs jantan, perhitungan pelepahnya harus dilakukan oleh Mandor atau Asisten sebelum pruning dilakukan oleh karyawan.
  • Setiap melakukan pusingan pruning pembersihan (sanitation), buah-buah yang sudah tua dan busuk harus sekahgus dibuang.
Perhatian khusus harus diberikan pads tanaman muds, jugs kemungkinan terdapatnva Marasmins dan Thirataba, cukup besar sehingga buah-buah yang terserang hama dan penyakit tersebut harus dibuang.

TATA LAKSANA DAN ALAT
1.  Tunas Pasir
Syarat  :
Tunas pasir hanya dikerjakan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu bila tanaman sudah berumur 2.5 tahun sejak ditanam dilapangan, maka apabila cukup berkembang untuk produksi buah atau TBS.
Cara   :
a.      Seluruh daun / cabang yang paling bawah sebanyak 1-2 lingkaran pertama (maksimum 15 cm dari tanah ) supaya dibuang, diatas batas ini cabang tidak boleh diganggu.
b.      Cabang harus dipotong rapat kepangkal dengan memakai arit (egrek kecil).
c.       Dengan alat ini (memakai gagang sepanjang 1,5-2,0 meter ) potongan-potongan cabang mudah dikumpulkan dengan menariknya (dikait) keluar.
d.      Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh buruh sendiri dibawah pengawasan yang ketat, tidak dibenarkan oleh pemborong.
e.      Tenaga kerja untuk tunas pasir            : 4 hb / HA.
f.       Sesudah pekerjaan tunas pasir hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras memotong cabang tanaman kelapa sawit untuk tujuan apapun, kecuali analisa daun, dan ini hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.

2.   Tunas Efektif
Tujuan.
Tujuannya untuk mempersiapkan pokok untuk dipanen,yakni pada umur 3-4 tahun, tergantung pada keadaan pertumbuhan pokok.
Syarat.
1.       Suatu blok atau golongan tanaman dapat milai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada tinggi 90 cm (3 kaki) dari tanah diukur dari permukaan tanah kepangkal tandan.
2.      Semua pohon yang memenuhi syarat yang ditentukan (ukuran tingginya) harus ditunas.
      Cara.
·         Batas tunas adalah : 2 cabang songgo buah keatas supaya ditinggalkan tidak ditunas.
·         Semua cabang dibawah songgo buah tersebut diatas supaya ditunas secara timbang air keliling pokok.
·         Semua rerumputan seperti pakis dan lain-lain yang tumbuh pada pokok kelapa sawit harus dicabut / dibersihkan.
Alat
·         Pusingan tunas perdana bagi sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan sekali, hingga semua pokok akhirnya akan tertunas.
·         Alat untuk tunas selektif adalah tajak atau pisau dodos yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman produktif muda, lebar mata tajam 14 cm.
·         Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian kurang lebih 2,5 meter.
·          Alat ini diberi gagang kayu laut atau domuli sepanjang 1,5-2 meter, cabang dipotong rapat kepangkal dari arah samping untuk menghindari alat melukai pokok.

Pusingan.
Tunas selektif berlaku untuk tanaman umur 3-4 tahun, dengan tenaga : 50 pokok/HK.atau (6 HK /HA/ tahun).
   
3.   Tunas Umum (Biasa)
a.   Pusingan.
§          Pusingan tunas umum (biasa) untuk Tanaman Menghasilkan dilaksanakan 9 bulan sekali, atau 4 pusingan dalam 3 tahun, dengan demikian perencanaan pusingan tiap tahun harus selalu didasarkan pada pusingan terakhir pada tahun yang lalu. Misalnya situasi pada 1986 yaitu melaksanakan / menyelesaikan pusingan januari 1986 – September 1986 dan memulai pusingan oktober 1986 – juni 1987.
b.   Cara.
Caranya
  • Seluruh umur ditunas hingga 2 (dua) cabang songgo buah paling bawah secara timbang pasir.
  • Satu rotasi tunas harus selesai dalam jangka waktu 9 bulan, sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 pusingan.
Tebel 10.4. Pruring Treatment

Pruning Treatments

Rata-rata hasil
(Ton/ffb/ha/tahun)
Hanya pelepah kering saja
23.3
Tersisa 40 - 56 pelepah/pohon
23.0
Tersisa 24 - 32 pelepah/pohon
19.8

Tabel 10.5 Jumlah Pelepah per Pohon per Umur

Umur Tanaman (thn)
Lingkaran pelepah
Jumlah pelepah/phn
Rotasi/tahun
3 – 4
5 – 8
9 – 12
> 12
7
6
5
4
56
48 – 52
40 – 44
32 - 36
1.0
1.0
1.3
1.3

c.   Alat.
Hingga tinggi pokok 2,50 meter tetap memakai ”pisau dodos besar” ( lihat tunas selektif )
Bagi pokok yang tingginya diatas 2,50 meter (mulai umur 8 tahun keatas) seluruh pekerjaan tunas tanpa kecuali harus dilaksanakan dengan pisau egrek biasa (pisau Malaya) yang diikatkan pada ujung galah (gagang dari bambu). Panjang gagang diatur menurut tinggi pokok, bila perlu 2 galah disambung untuk pokok-pokok yang sangat tinggi.
Selama menunas, semua epiphyt pada batang harus dibersihkan dengan mancabut pakai tangan sekitar pangkal batang dan memikul pakai pelepah pada bagian yang lebih tingggi.
Pokok sakit atau kuning karena dificiency harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang karing saja.

II.        Menyusun Pelepah.
1.       Pelepah-pelepah atau cabang disusun (dirumpuk) digawangan yang tidak ada pasar rintisnya.

2.      Cabang tidak perlu dipotong-potong, melainkan dirumpuk saja memanjang barisan pohon, tindih menindih dan jangan berserakan.

3.      Andaikata digawangan tanpa rintis seperti dimaksud diatas kebetulan pula ada parit dengan arah memanjang barisan, maka cabang-cabang harus dipotong tiga dan dirumpuk diantara pohon dalam garisan sesuai dengan metode lama.

4.      Keuntungan cara ini adalah sebagai berikut :
a.      Cabang tidak perlu dipotong-potong kecuali jika dadparit memanjang digawangan, sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah / tunas.
b.      Piringan tidak bertanbah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah dirumpuk jauh ditengah gawangan.
c.       Ancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling  ”curi buah” antara sesama mereka (pindah antar rintis lebih sulit).
d.      Menekan pertumbuhan gulma ditengah gawangan.
Untuk areal berbukit yang arah rintisnya memanjang dari puncak bukit ke kaki bukit, susynan cabang harus searah (artinya pucuk bertindih dengan pucuk, pangkal dengan pangkal), dimana pangkal pucuk harus berada dibagian lereng yang tertinggi.

III.       Organisasi Tunas
1.       Satu orang mengancak satu baris.
2.      Potong cabang – langsung disusun.
3.      Bersihkan epiphyt – langsung dibersihkan piringan dari sampah.
4.      Kemudian baru pindah ke pohon berikutnya.
5.      Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi rendah kecuali tenaga kerja cukup 
6.      Pelepah hasil penunasan harus disusun untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban, memudahkan kegiatan operasional (rawat dan panen), menekan pertumbuhan gulma, merangsang pertumbuhan akar dan sumber hara.
7.       Cara penyusunan pelepah :
a.      Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara pohon. Tidak mengganggu jalan rintis dan piringan
b.      Susunan pelepah berbentuk : ”L”
c.       Pada areal curam, peletakan pelepah mengikuti jalan kontur untuk menahan air.

 IV.      Penyiangan Manual.
1.    Gawangan     
a.      Kelas penutup tanah W3 yaitu 70% kacangan dan 30% rumput lunak tetap bebas lalang dan anak kayu. 1x /2-3 bln.
b.      Manual : rumput lunak dibabat. 0,5 HK/ha.1x/3 bln.

2.      Piringan
a.      Manual : dengan cara garuk piringan. 1x/1-1,5 bln
b.      TM 1 dan 2, jari-jari 2 m. 1,5-2 HK/ha.
c.       TM 3 dst, jari-jari 2,5 m. 2-2.5 HK/ha. 1x /3 bln.

3.   Buru lalang
Cara manual dengan garuk/garpu lalang. 1x /2 bln. 0,3 HK/ha.

4.   Dongkel Anak Kayu
Anak kayu yang masih ada/tumbuh didongkel cara manual mempergunakan cangkul. 1x /6 bln. 0,6-1 HK/ha.

5.   Jalan Pikul
Manual : digaruk selebar 1,5 m. 1x /2-3 bln. 2 HK/ha. 1x /3 bln.

V.        Penyiangan Chemis.
Berdasarkan asal dan sifat kimianya.

1.    Pestisida Simtetik .
Anorganik    ( contoh : garam-garam beracun, seperti Arsenat, Fluorida) Organik
a.      Hidrokarbon barchlor ( contoh : DDT & analognya, MIC, Siklodion).
b.      Meterosilclik (contoh : Strobane, Mirex, Kepone)
c.       Fosfat organik (contoh : Parathion, Malathion, Abate fenithrothion)
d.      Karbonat (contoh : Carbaryl, Arprocarp, Carbofuran).
e.      Nitrofenol (contoh : DNOC atau Dinitrocresol)
f.       Thiosianat (contoh : Lethane)
g.      Sulfonat (contoh : Sulfida)
h.      Sulfon (contoh : Ovex atau ovotran)
i.        Lain-lain (fimigan), (contoh : Metilbromida).

2.   Pestisida asal tanaman.
a.      Nicotionida     (contoh : Nicotin )
b.      Pyrathroida     (contoh : Pyrathrum).
c.       Retonoida       (contoh : Rotenon)

3.   Berdasarkan reaksinya :
a.      pestisida   kontak        (contoh : Paraquat)
b.      pestisida   siatemik      (contoh : Roud-up).

Banyak jenis tanaman yang tumbuh di kebun sebagian tidak berbahaya sedang yang lainnya kompetitif atau berbahaya, yang berbahaya harus dikendalikan atau dimusnahkan. Tanaman dapat diklasifikasikan dalam kategori berikut :
Kelas A      :    Tanaman yang mungkin dianjurkan
Kelas B      :    Tanaman yang biasanya berguna tetapi kadang kadang perlu dikendalikan
Kelas C      :    Tanaman yang tidak di ingini  yang harus dimusnahkan

Peralatan Weeding Control
a.      Knapsac Sprayer. Ada dua (2) jenis unit yang ada dan baik untuk difgunakan yaitu bahan yang terbuat dari logam dan plastik propylene

b.      Nozzle. Nozzle sangat penting karena bersamaan dengan tekanan pompa untuk menentukan jumlah dan kualitas larutan yang keluar. Nozzle terbuat dari kuningan, stainless steel, alumunium, keramik atau plastik, nozzle dari kuningan atau plastik baik untuk  digunakan walaupun yang dari kuningan adalah yang terbaik dan tahan lama.

c.       Aksesoris. Banyak aksesoris yang berguna dan dapat dipasang pada alat semprot untuk meningkatkan effisiensi dan ketepatan antara lain :
·         Saringan. Untuk mencegah tersumbatnya nozzle, saringan stainlees steel 50 mesh harus dipasang di tangki yang bersih sebelum pemicunya dipasang.
·         Pengukuran Tekanan. Alat ini digunakan untuk mengkalibrasi alat semprot dan mempertahankan tekanan semprotan yang tepat.
·         Katup Tekanan. Alat ini memudahkan operator untuk menjaga tekanan semprotan maksimum dalam keadaan konstan
·         Elbow joint. Elbow joint dipasang di ujung tangkai semprot untuk mengatur sudut proyeksi semprotan yang diinginkan.
·         Pengaman. Pengaman khusus mengatur pola semprotan harus dipasang untuk spot spraying yang berdekatan dengan hamparan kacangan, mangkuk plastik lateks atau kaleng dengfan ukuran yang sama dapat digunakan sebagai pengaman.

d.  Pemeliharaan Alat
Untuk efisiensi maksimum pompa harus dijaga tetap bersih dan siap pakai
  • Operator harus bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara peralatan pompanya, bagaimana harus merawat secara rutin dan mengetahui bagian-bagian dari alat yang bekerja.
  • Setelah selesai bekerja, alat harus dicuci bersih luar dan dalam dengan air bersih, dan harus disimpan terbalik  untuk membantu mengalirkan air dan pengeringan, pemeriksaaan kebocoranharus dilakukan setiap hari.
  • Nozzle dan saringan harus diperiksa tiap hari dan sumbatan harus dibersihkan dengan sikat gigi atau kayu, dan jangan gunakan peniti atau kayu runcing untuk membersihkan sumbatan yang akan mengakibatkan membesarnya lubang, sehingga pola semprotan salah dan memerlukan lebih banyak volume semprot. Dan setiap 3 bulan sekali nozzle yang telah dipakai di kalibrasi dengan membandingkan dengan nozzle yang baru dengan ukuran dan spesifikasi yang sama
  • Memeriksa semua washer dan beri pelumas pada bagian yang bergerak, disamping membawa peralatan nozzle cadangan apabila diperlukan
  • Perbaikan secara menyeluruh harus ditangani oleh mekanik yang berpengalaman.
                     e.   Peralatan CDA dan tekhnik penyemprotan
·         Tujuan penggunaan CDA (Control Led  Droplet Application) dalam pengendalian gulma dalam tekhnik penyemprotan adalah dengan membentuk kabut semprotan yang sangat halus sehingga dengan larutan semprot yang minimum masih di dapatkan hasil pengendalian gulma yang baik
·         CDA hanya memerlukan volume larutan bahan kimia yang sangat rendah per area yang disemprot, volume yang digunakan sekitar 20 liter per ha, dibandingkan 200 – 500 liter dengan penyemprotan konvensional
·         Penurunan biaya aplikasi di dapatkan dengan berkurangnya kebutuhan Tenaga Kerja dan Air
·         Penghematan didapat dengan sungguh sungguh memperhatikan pemakaian CDA, pencampuran yang tepat dan prosedur pelaksanaan yang benar.

f.    Micron Herbi
·         Adalah alat semprot fgenggam ringan yang mengaplikasikan pola yang akurat dengan ukuran droplet yang terkendali, untuk mendapatkan hasil yang terbaik pemakai harus  mempelajari informasi dan alatnya.
·         Alat ini menghasilkan kabut untuk volume sangat rendah (ULV) sehingga dapat menyemprot dengan lebar semprotan 1,2 m herbisida kontak atau hormon dapat digunakan untuk penyemprotan secara bersambung atau spot-spot.
·         Tangki herbisida berisi 2,5 – 5 liter larutan semprot, mengalir ke arah atmosfir karena gaya gravitasi yang didorong oleh tenaga baterai 8 HP2, dan ada 3 jenis nozzle yang tersedia untuk mendapatkan flowrate standar 1 ml/detik untuk larutan semprot dengan ketebalan vegetasi yang berbeda.
·         Kapala micron herbi dapat dipasangi dengan salah satu nozzle yang berbeda, dengan standard  sebagai berikut :
nozzklee
  • Nozzle merah hanya untuk larutan yang pekat atau kental dan jangan di gunakan kecuali di instruksikan secara khusus  dan ini ukuran yang paling besar
  • Nozzle kuning untuk hampir semua herbisida kontak, dengan flow rate kira-kira 160 ml/menit mengeluarkan 22 L/ha dan membutuhkan waktu 31 menit untuk mengosongkan 5 L larutan dan jarak tempuh 1860 m, nozzle ini berukuran sedang.
  • Nozzle biru dan kuning dapat dikombinasikan  jika menggunakan micron herbi berkepala 2 (dua) untuk penyemprotan piringan.
g.      Keamanan
Hal yang perlu diperhatikan dengan pemakaian perlatan herbisida adalah sebagai berikut :
  • Para operator harus benar-benar dilatih menggunakan peralatan sebelum bekerja di lapangan.
  • Penyemprot harus mempunyai pengetahuan dasar untuk merawat peralatannya
  • Karena konsentrasi larutan yang digunakan pekat maka operator harus memperhatikan aturan keselamatan.
  • Mulut dan hidung harus ditutup dengan sapu tangan atau masker dan harus memakai perlengkapan standar antara lain : Tutup kepala, kemeja lengan panjang, celana panjang, kaus kaki, sepatu boot, dan baju plastik.
  • Pakaian yang telah dipakai bekerja harus dicuci secara teratur
  • Penggunaan alat harus benar-benar diperhatikan dari keadaan yang tidak diinginkan, misalnya, membawa peralatan reparasi/tools cadangan, larutan harus di persiapkan, gunakan air yang bersih untuk mencegah penyumbatan nozzle
  • Penempatan larutan herbisida tambahan harus diatur dengan benar dan diawasi 
Penggunaan pestisida .
Setiap jenis pestisida harus digunakan dengan tepat dan teliti sesuai dengan rekomondasi yang dikeluarkan oleh produsennya (antara lain mengenai dosis, waktu, alat aplikasi) disatu pihak, serta ketentuan-ketentuan cara aplikasinya yang tidak membahayakan bagi kesehatan dilain pihak.  Sehubungan dengan itu antara lain ada beberapa faktor yang sangat perlu diperhatikan, yaitu :mengenai petugasnya, alat-alat pelindung yang dipergunakan, serta tindakan penjagaan sebelum, selama dan setelah aplikasi.

h.   Petugas Penyemprot Petugas (para penyemprot, petugas digudang pestisida, dsb).
Didalam menjalankan tugasnya, maka petugas-petugas yang langsung berhubungan dengan pestisida haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
  • Harus berbadan sehat, tidak mempunyai kelainan kulit (kudis/luka terbakar) atau saluran pernafasan.
  • Tidak sedang hamil atau menyusui (bagi pekerja wanita)
  • Harus dapat membaca dan mengerti tanda-tanda bahaya keracunan.
  • Harus mengerti bahaya keracunan pestisida dan cara-cara menjarahnya yang tidak membahayakan keselamatan.
  • arus mengerti cara-cara menggunakan alat P3K dan alat pemadam kebakaran (bagi petugas yang bekerja di gudang pestisida).
  • Setiap pekerja penjamah pestisida harus diperiksa kesehatannya secara rutin, sekurang-kurangnya 1 kali 6 bulan oleh dokter (dengan atau tanpa keluhan).
  • Bila keluhan dicurigai akibat bahan pestisida, maka pekerja tersebut yntuk sementara waktu tidak dibenarkan bekerja dengan bahan pestisida, sampai penyebab keluhan/penyakitnya tersebut dapat dipastikan, serta mendapat pengobatan yang segera dan tepat dari dokter.
  • Setiap keracunan bahan pestisida adalah merupakan kecelakaan kerja dan wajib dilaporkan kepada DEPNAKER 




2 comments:

  1. artikel yang sangat membantu saya. jika saya ingin bertanya lebih jauh lagi apakah boleh? thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ibu Marintan Nirmalasari.. Terima kasih sudah mampir di blog saya.. kalau mau tanya tanya silahkan saja ibu masukkan komentar ibi di sini.. insha Allah saya balas sepengetahuan saya..

      Delete