I. TUNAS
Tidak ada pruning/penunasan selama masa belum
menghasilkan (TBM) sampai 6 bulan menjelang panen pertama, dan biasanya 24
bulan setelah tanam, pekerja tidak boleh memotong atau membuang pelepah pada masa
ini. Pelaksanaan pruning bisa dilakukan apabila adanya pelepah yang mati dan
tidak produkstif, serta adanya janjang dan buah busuk, dan ini disebut pruning
sanitasi, gunanya adalah untuk memudahkan pemanen sehingga pekerjaannya tidak
terganggu
Berdasarkan percobaan-percobaan yang
telah dilakukan di beberapa tempat, diketahui bahwa semakin banyak pelepah
kelapa sawit pada tanaman maka akan semakin tinggi buah yang akan dihasilkan oleh
tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak daun maka proses
fotosintesis akan semakin besar terjadi.
Berdasarkan alasan diatas, akan sangat
menguntungkan apabila pembuangan pelepah kelapa sawit dilakukan seminimal
mungkin selama masa produksi.
Pembuangan pelepah yang berlebihan
akan menyebabkan bertambahnya jumlah bunga jantan dan dengan sendirinya akan
mengurangi jumlah dan berat tandan buah yang dihasilkan.
Akan tetapi jika pembuangan tidak
dilakukan, maka akan timbul kesulitan pada saat memanen tandan buah. Oleh
karena itu perlu diambil langkah kebijaksanaan sebagai berikut :
a.
Pruning untuk sanitasi
Pruning pertama dilakukan bersamaan
dengan waktu pelaksanaan kastrasi. Hanya pelepah kering saja yang dibuang.
(umur 17 bulan atau 19 bulan).
b. Pruning
Pertama
Pruning pertama dilakukan sebelum
pemanenan (harvesting) pertama. Semua pelepah yang berada di bawah tandan buah
yang terendah dibuaang sehingga tandan buah yang terendah tersebut tidak perlu memiliki
sangga buah.
Setelah pruning pertama, tidak
dilakukan lagi pruning sampai tanaman berumur 4 tahun tau sampai tandan buah
yang terendah tinggi 1m dari permukaan tanah.
c. Pruning
pada umur 4 tahun.
Ketika tanaman telah berumur 4 tahun
dan tandan buah terendah berada pada ketinggian 1 m dari tanah, maka pruning
dapat dilakukan mengingat saat ini cukup banyak pelepah yang harus dibuang
sehingga jika dilakukan pruning sejaligus akan menyebabkan beban berat (stress)
pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, pruning harus dilakukan dalam dua tahap
sebagi berikut.
- jika terdapat 8 lingkaran pelepah (spiral), maka pruning pertama hanya dibuang 4 lingkaran pelepah saja.
- 2 – 3 bulan kemudian, 4 lingkaran pelepah tersebut dibuang dengan syarat pruning hanya dilakukan sampai 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak ( 2 sangga buah ).
- Pruning pada umur 5 – 7 tahun.
Pruning dilakukan sekali dalam
setahun.
Harap diperhatikan setelah pruning dan
pemanenan dilakukan pelepah yang masih tertinggal harus berjumlah antara 48 –
64 pelepah pada pokok-pokok yang sedang mengalami fase bunga jantan.
Puring dilakukan hanya sampai 2
pelepah dibawah tandan buah yang masak (2 sangga buah)
Untuk pelaksanaan pruning, agar
digunakan system progressive pruning.
d. Pruning
pada umur 8 – 14 tahun.
Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan
tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah pruning/pemanenan adalah 40 –
48 pelepah atau 5 – 6 pelepah perspiral.
e. Pruning
umur 15 tahun.
Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan
tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah pruning/ pemanenan adalah 32 pelepah
atau 4 pelepah perspiral
f. Sistem Progressive Pruning
Yang
dimaksud dengan sistem Progressive Pruning adalah Pruning
dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun, pelapah yang lebih dari jumlah yang
telah ditetapkan di atas raja yang dibuang :
§
5 - 7 tahun 48 - 64 pelepah
§
8 - 14 tahun 40 - 48 pelepah
§
15 tahun ke atas 32 pelepah
Pelaksanaan
dari Progressive Pruning ini dilakukan oleh satu kelompok yang terdiri dari
beberapa orang dan kelompok ini bertugas sebagai pruners terns mencrus
sepanjang tahun.
Mengenai jumlah
pemakaian tenaga per hektar per tahun dengan menggunakan sistem ini tidak
melebihi jumlah tenaga yang dipakai pads sistem lama yaitu : maksimum 3 orang
per hektar per tahun.
- Sebaiknya setiap blok dilakukan rotasi pruning sekali sebulan atau sekali dug bulan tergantung kapada kondisi setempat.
- Keuntungan dari sistem ini adalah untuk mengurangi stress tanaman pruning dilakukan secara sedikit demi sedikit dan terbagi rata dalam satu tahunnya. Secara agronomi hal ini akan sangat menguntungkan.
- Pemanen harus diberi instruksi agar hanya memotong pelepah seminimal mungkin.
- Pads waktu melakukan pusingan pruning pelepah yang dibuang hanyalah pelepah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di etas dan pelepah yang mulai keying.
- Pruning harus diusahakan dilakukan pads musim hujan (jika menggunakan sistem biases).
- Untuk melakukan pruning pads pokok-pokok yang sedang dalam mass Ease bungs jantan, perhitungan pelepahnya harus dilakukan oleh Mandor atau Asisten sebelum pruning dilakukan oleh karyawan.
- Setiap melakukan pusingan pruning pembersihan (sanitation), buah-buah yang sudah tua dan busuk harus sekahgus dibuang.
Perhatian
khusus harus diberikan pads tanaman muds, jugs kemungkinan terdapatnva Marasmins
dan Thirataba, cukup besar sehingga buah-buah yang terserang hama dan penyakit
tersebut harus dibuang.
TATA LAKSANA DAN ALAT
1. Tunas Pasir
Syarat :
Tunas pasir hanya dikerjakan
1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu bila tanaman sudah berumur 2.5
tahun sejak ditanam dilapangan, maka
apabila cukup berkembang untuk produksi buah atau TBS.
Cara
:
a.
Seluruh daun
/ cabang yang paling bawah sebanyak 1-2 lingkaran pertama (maksimum 15 cm dari
tanah ) supaya dibuang, diatas batas ini cabang tidak boleh diganggu.
b.
Cabang harus
dipotong rapat kepangkal dengan memakai arit (egrek kecil).
c.
Dengan alat
ini (memakai gagang sepanjang 1,5-2,0 meter ) potongan-potongan cabang mudah
dikumpulkan dengan menariknya (dikait) keluar.
d.
Pekerjaan ini
harus dikerjakan oleh buruh sendiri dibawah pengawasan yang ketat, tidak
dibenarkan oleh pemborong.
e. Tenaga kerja untuk
tunas pasir :
4 hb / HA.
f. Sesudah pekerjaan
tunas pasir hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras memotong cabang
tanaman kelapa sawit untuk tujuan apapun, kecuali analisa daun, dan ini hanya
dibenarkan mengambil anak daunnya saja.
2. Tunas Efektif
Tujuan.
Tujuannya untuk mempersiapkan
pokok untuk dipanen,yakni pada umur 3-4 tahun, tergantung pada keadaan
pertumbuhan pokok.
Syarat.
1.
Suatu blok
atau golongan tanaman dapat milai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40%
telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada tinggi 90 cm (3 kaki) dari
tanah diukur dari permukaan tanah kepangkal tandan.
2. Semua pohon yang
memenuhi syarat yang ditentukan (ukuran tingginya) harus ditunas.
Cara.
·
Batas tunas
adalah : 2 cabang songgo buah keatas supaya ditinggalkan tidak ditunas.
·
Semua cabang
dibawah songgo buah tersebut diatas supaya ditunas secara timbang air keliling
pokok.
·
Semua
rerumputan seperti pakis dan lain-lain yang tumbuh pada pokok kelapa sawit
harus dicabut / dibersihkan.
Alat
·
Pusingan tunas perdana bagi sisa pokok yang 60% lagi
dilaksanakan 4 bulan sekali, hingga semua pokok akhirnya akan tertunas.
·
Alat untuk tunas selektif adalah tajak atau pisau dodos
yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman produktif muda, lebar mata
tajam 14 cm.
·
Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa
hingga pokok mencapai ketinggian kurang lebih 2,5 meter.
·
Alat ini diberi gagang kayu laut atau domuli
sepanjang 1,5-2 meter, cabang dipotong rapat kepangkal dari arah samping untuk
menghindari alat melukai pokok.
Pusingan.
Tunas selektif berlaku untuk tanaman umur 3-4
tahun, dengan tenaga : 50 pokok/HK.atau (6 HK /HA/ tahun).
3. Tunas Umum (Biasa)
a. Pusingan.
§ Pusingan tunas umum
(biasa) untuk Tanaman Menghasilkan dilaksanakan 9 bulan sekali, atau 4 pusingan
dalam 3 tahun, dengan demikian
perencanaan pusingan tiap tahun harus selalu didasarkan pada pusingan terakhir
pada tahun yang lalu. Misalnya situasi pada 1986 yaitu melaksanakan /
menyelesaikan pusingan januari 1986 – September 1986 dan memulai pusingan
oktober 1986 – juni 1987.
b. Cara.
Caranya
- Seluruh umur ditunas hingga 2 (dua) cabang songgo buah paling bawah secara timbang pasir.
- Satu rotasi tunas harus selesai dalam jangka waktu 9 bulan, sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 pusingan.
Tebel 10.4. Pruring Treatment
Pruning Treatments
|
Rata-rata
hasil
(Ton/ffb/ha/tahun)
|
Hanya pelepah kering saja
|
23.3
|
Tersisa 40 - 56 pelepah/pohon
|
23.0
|
Tersisa 24 - 32 pelepah/pohon
|
19.8
|
Tabel 10.5 Jumlah
Pelepah per Pohon per Umur
Umur
Tanaman (thn)
|
Lingkaran
pelepah
|
Jumlah
pelepah/phn
|
Rotasi/tahun
|
3
– 4
5
– 8
9
– 12
>
12
|
7
6
5
4
|
56
48
– 52
40
– 44
32 - 36
|
1.0
1.0
1.3
1.3
|
c. Alat.
Hingga
tinggi pokok 2,50 meter tetap memakai ”pisau dodos besar” ( lihat tunas selektif
)
Bagi pokok yang
tingginya diatas 2,50 meter (mulai umur 8 tahun keatas) seluruh pekerjaan tunas
tanpa kecuali harus dilaksanakan dengan pisau egrek biasa (pisau Malaya) yang
diikatkan pada ujung galah (gagang dari bambu). Panjang gagang diatur menurut
tinggi pokok, bila perlu 2 galah disambung untuk pokok-pokok yang sangat
tinggi.
Selama menunas,
semua epiphyt pada batang harus dibersihkan dengan mancabut pakai tangan
sekitar pangkal batang dan memikul pakai pelepah pada bagian yang lebih
tingggi.
Pokok sakit atau
kuning karena dificiency harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun
yang karing saja.
II. Menyusun Pelepah.
1.
Pelepah-pelepah
atau cabang disusun (dirumpuk) digawangan yang tidak ada pasar rintisnya.
2.
Cabang tidak
perlu dipotong-potong, melainkan dirumpuk saja memanjang barisan pohon, tindih
menindih dan jangan berserakan.
3.
Andaikata
digawangan tanpa rintis seperti dimaksud diatas kebetulan pula ada parit dengan
arah memanjang barisan, maka cabang-cabang harus dipotong tiga dan dirumpuk
diantara pohon dalam garisan sesuai dengan metode lama.
4.
Keuntungan
cara ini adalah sebagai berikut :
a.
Cabang tidak
perlu dipotong-potong kecuali jika dadparit memanjang digawangan, sehingga
menghemat energi dan waktu tukang potong buah / tunas.
b.
Piringan
tidak bertanbah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah dirumpuk jauh
ditengah gawangan.
c.
Ancak panen
dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling ”curi buah”
antara sesama mereka (pindah antar rintis lebih sulit).
d. Menekan pertumbuhan
gulma ditengah gawangan.
Untuk areal berbukit yang
arah rintisnya memanjang dari puncak bukit ke kaki bukit, susynan cabang harus
searah (artinya pucuk bertindih dengan pucuk, pangkal dengan pangkal), dimana
pangkal pucuk harus berada dibagian lereng yang tertinggi.
III. Organisasi Tunas
1. Satu orang mengancak
satu baris.
2. Potong cabang –
langsung disusun.
3. Bersihkan epiphyt –
langsung dibersihkan piringan dari sampah.
4. Kemudian baru pindah
ke pohon berikutnya.
5. Penunasan sebaiknya
dilakukan pada saat periode produksi rendah kecuali tenaga kerja cukup
6. Pelepah hasil
penunasan harus disusun untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban, memudahkan
kegiatan operasional (rawat dan panen), menekan pertumbuhan gulma, merangsang
pertumbuhan akar dan sumber hara.
7.
Cara penyusunan
pelepah :
a.
Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di
antara pohon. Tidak mengganggu jalan
rintis dan piringan
b.
Susunan
pelepah berbentuk : ”L”
c. Pada areal curam,
peletakan pelepah mengikuti jalan kontur untuk menahan air.
IV. Penyiangan Manual.
1. Gawangan
a. Kelas penutup tanah
W3 yaitu 70% kacangan dan 30% rumput lunak tetap bebas lalang dan anak kayu. 1x
/2-3 bln.
b.
Manual :
rumput lunak dibabat. 0,5 HK/ha.1x/3 bln.
2.
Piringan
a.
Manual :
dengan cara garuk piringan. 1x/1-1,5 bln
b. TM 1 dan 2, jari-jari
2 m. 1,5-2 HK/ha.
c. TM 3 dst, jari-jari
2,5 m. 2-2.5 HK/ha. 1x /3 bln.
3. Buru lalang
Cara manual dengan garuk/garpu lalang.
1x /2 bln. 0,3 HK/ha.
4. Dongkel Anak Kayu
Anak kayu yang masih ada/tumbuh
didongkel cara manual mempergunakan cangkul. 1x /6 bln. 0,6-1 HK/ha.
5. Jalan
Pikul
Manual : digaruk selebar 1,5 m. 1x
/2-3 bln. 2 HK/ha. 1x /3 bln.
V. Penyiangan Chemis.
Berdasarkan asal dan sifat kimianya.
1. Pestisida
Simtetik .
Anorganik ( contoh : garam-garam
beracun, seperti Arsenat, Fluorida) Organik
a.
Hidrokarbon
barchlor ( contoh : DDT & analognya, MIC, Siklodion).
b.
Meterosilclik
(contoh : Strobane, Mirex, Kepone)
c.
Fosfat
organik (contoh : Parathion, Malathion, Abate fenithrothion)
d.
Karbonat
(contoh : Carbaryl, Arprocarp, Carbofuran).
e.
Nitrofenol
(contoh : DNOC atau Dinitrocresol)
f.
Thiosianat
(contoh : Lethane)
g.
Sulfonat
(contoh : Sulfida)
h.
Sulfon
(contoh : Ovex atau ovotran)
i.
Lain-lain
(fimigan), (contoh : Metilbromida).
2. Pestisida
asal tanaman.
a.
Nicotionida
(contoh : Nicotin )
b.
Pyrathroida
(contoh : Pyrathrum).
c.
Retonoida
(contoh : Rotenon)
3. Berdasarkan
reaksinya :
a.
pestisida
kontak (contoh : Paraquat)
b.
pestisida
siatemik (contoh : Roud-up).
Banyak jenis tanaman yang tumbuh di kebun sebagian
tidak berbahaya sedang yang lainnya kompetitif atau berbahaya, yang berbahaya
harus dikendalikan atau dimusnahkan. Tanaman dapat diklasifikasikan dalam kategori
berikut :
Kelas
A : Tanaman
yang mungkin dianjurkan
Kelas B : Tanaman yang
biasanya berguna tetapi kadang kadang perlu dikendalikan
Kelas
C : Tanaman
yang tidak di ingini yang harus dimusnahkan
Peralatan Weeding Control
a.
Knapsac
Sprayer. Ada
dua (2) jenis unit yang ada dan baik untuk difgunakan yaitu bahan yang terbuat
dari logam dan plastik propylene
b. Nozzle. Nozzle sangat
penting karena bersamaan dengan tekanan pompa untuk menentukan jumlah dan
kualitas larutan yang keluar. Nozzle terbuat dari kuningan, stainless steel,
alumunium, keramik atau plastik, nozzle dari kuningan atau plastik baik untuk
digunakan walaupun yang dari kuningan adalah yang terbaik dan tahan lama.
c. Aksesoris. Banyak
aksesoris yang berguna dan dapat dipasang pada alat semprot untuk meningkatkan
effisiensi dan ketepatan antara lain :
·
Saringan. Untuk mencegah tersumbatnya nozzle, saringan stainlees
steel 50 mesh harus dipasang di tangki yang bersih sebelum pemicunya dipasang.
·
Pengukuran Tekanan. Alat ini digunakan untuk
mengkalibrasi alat semprot dan mempertahankan tekanan semprotan yang tepat.
·
Katup Tekanan. Alat ini memudahkan operator untuk menjaga
tekanan semprotan maksimum dalam keadaan konstan
·
Elbow joint. Elbow joint dipasang di ujung tangkai
semprot untuk mengatur sudut proyeksi semprotan yang diinginkan.
·
Pengaman. Pengaman khusus mengatur pola semprotan harus
dipasang untuk spot spraying yang berdekatan dengan hamparan kacangan, mangkuk
plastik lateks atau kaleng dengfan ukuran yang sama dapat digunakan sebagai
pengaman.
d. Pemeliharaan
Alat
Untuk efisiensi maksimum
pompa harus dijaga tetap bersih dan siap pakai
- Operator harus bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara peralatan pompanya, bagaimana harus merawat secara rutin dan mengetahui bagian-bagian dari alat yang bekerja.
- Setelah selesai bekerja, alat harus dicuci bersih luar dan dalam dengan air bersih, dan harus disimpan terbalik untuk membantu mengalirkan air dan pengeringan, pemeriksaaan kebocoranharus dilakukan setiap hari.
- Nozzle dan saringan harus diperiksa tiap hari dan sumbatan harus dibersihkan dengan sikat gigi atau kayu, dan jangan gunakan peniti atau kayu runcing untuk membersihkan sumbatan yang akan mengakibatkan membesarnya lubang, sehingga pola semprotan salah dan memerlukan lebih banyak volume semprot. Dan setiap 3 bulan sekali nozzle yang telah dipakai di kalibrasi dengan membandingkan dengan nozzle yang baru dengan ukuran dan spesifikasi yang sama
- Memeriksa semua washer dan beri pelumas pada bagian yang bergerak, disamping membawa peralatan nozzle cadangan apabila diperlukan
- Perbaikan secara menyeluruh harus ditangani oleh mekanik yang berpengalaman.
e. Peralatan CDA dan tekhnik penyemprotan
·
Tujuan penggunaan CDA (Control Led Droplet
Application) dalam pengendalian gulma dalam tekhnik penyemprotan adalah dengan
membentuk kabut semprotan yang sangat halus sehingga dengan larutan semprot
yang minimum masih di dapatkan hasil pengendalian gulma yang baik
·
CDA hanya
memerlukan volume larutan bahan kimia yang sangat rendah per area yang
disemprot, volume yang digunakan sekitar 20 liter per ha, dibandingkan 200 –
500 liter dengan penyemprotan konvensional
·
Penurunan
biaya aplikasi di dapatkan dengan berkurangnya kebutuhan Tenaga Kerja dan Air
·
Penghematan
didapat dengan sungguh sungguh memperhatikan pemakaian CDA, pencampuran yang
tepat dan prosedur pelaksanaan yang benar.
f. Micron
Herbi
·
Adalah alat
semprot fgenggam ringan yang mengaplikasikan pola yang akurat dengan ukuran
droplet yang terkendali, untuk mendapatkan hasil yang terbaik pemakai
harus mempelajari informasi dan alatnya.
·
Alat ini
menghasilkan kabut untuk volume sangat rendah (ULV) sehingga dapat menyemprot
dengan lebar semprotan 1,2 m herbisida kontak atau hormon dapat digunakan untuk
penyemprotan secara bersambung atau spot-spot.
·
Tangki
herbisida berisi 2,5 – 5 liter larutan semprot, mengalir ke arah atmosfir
karena gaya gravitasi yang didorong oleh tenaga baterai 8 HP2, dan ada 3 jenis
nozzle yang tersedia untuk mendapatkan flowrate standar 1 ml/detik untuk
larutan semprot dengan ketebalan vegetasi yang berbeda.
·
Kapala micron
herbi dapat dipasangi dengan salah satu nozzle yang berbeda, dengan
standard sebagai berikut :
nozzklee
- Nozzle merah hanya untuk larutan yang pekat atau kental dan jangan di gunakan kecuali di instruksikan secara khusus dan ini ukuran yang paling besar
- Nozzle kuning untuk hampir semua herbisida kontak, dengan flow rate kira-kira 160 ml/menit mengeluarkan 22 L/ha dan membutuhkan waktu 31 menit untuk mengosongkan 5 L larutan dan jarak tempuh 1860 m, nozzle ini berukuran sedang.
- Nozzle biru dan kuning dapat dikombinasikan jika menggunakan micron herbi berkepala 2 (dua) untuk penyemprotan piringan.
g.
Keamanan
Hal yang perlu diperhatikan dengan pemakaian
perlatan herbisida adalah sebagai berikut :
- Para operator harus benar-benar dilatih menggunakan peralatan sebelum bekerja di lapangan.
- Penyemprot harus mempunyai pengetahuan dasar untuk merawat peralatannya
- Karena konsentrasi larutan yang digunakan pekat maka operator harus memperhatikan aturan keselamatan.
- Mulut dan hidung harus ditutup dengan sapu tangan atau masker dan harus memakai perlengkapan standar antara lain : Tutup kepala, kemeja lengan panjang, celana panjang, kaus kaki, sepatu boot, dan baju plastik.
- Pakaian yang telah dipakai bekerja harus dicuci secara teratur
- Penggunaan alat harus benar-benar diperhatikan dari keadaan yang tidak diinginkan, misalnya, membawa peralatan reparasi/tools cadangan, larutan harus di persiapkan, gunakan air yang bersih untuk mencegah penyumbatan nozzle
- Penempatan larutan herbisida tambahan harus diatur dengan benar dan diawasi
Penggunaan pestisida .
Setiap jenis pestisida harus digunakan dengan tepat
dan teliti sesuai dengan rekomondasi yang dikeluarkan oleh produsennya (antara
lain mengenai dosis, waktu, alat aplikasi) disatu pihak, serta
ketentuan-ketentuan cara aplikasinya yang tidak membahayakan bagi kesehatan
dilain pihak. Sehubungan dengan itu antara lain ada beberapa faktor yang
sangat perlu diperhatikan, yaitu :mengenai petugasnya, alat-alat pelindung yang
dipergunakan, serta tindakan penjagaan sebelum, selama dan setelah aplikasi.
h. Petugas Penyemprot Petugas (para penyemprot, petugas digudang
pestisida, dsb).
Didalam menjalankan tugasnya, maka petugas-petugas
yang langsung berhubungan dengan pestisida haruslah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
- Harus berbadan sehat, tidak mempunyai kelainan kulit (kudis/luka terbakar) atau saluran pernafasan.
- Tidak sedang hamil atau menyusui (bagi pekerja wanita)
- Harus dapat membaca dan mengerti tanda-tanda bahaya keracunan.
- Harus mengerti bahaya keracunan pestisida dan cara-cara menjarahnya yang tidak membahayakan keselamatan.
- arus mengerti cara-cara menggunakan alat P3K dan alat pemadam kebakaran (bagi petugas yang bekerja di gudang pestisida).
- Setiap pekerja penjamah pestisida harus diperiksa kesehatannya secara rutin, sekurang-kurangnya 1 kali 6 bulan oleh dokter (dengan atau tanpa keluhan).
- Bila keluhan dicurigai akibat bahan pestisida, maka pekerja tersebut yntuk sementara waktu tidak dibenarkan bekerja dengan bahan pestisida, sampai penyebab keluhan/penyakitnya tersebut dapat dipastikan, serta mendapat pengobatan yang segera dan tepat dari dokter.
- Setiap keracunan bahan pestisida adalah merupakan kecelakaan kerja dan wajib dilaporkan kepada DEPNAKER
artikel yang sangat membantu saya. jika saya ingin bertanya lebih jauh lagi apakah boleh? thanks
ReplyDeleteIbu Marintan Nirmalasari.. Terima kasih sudah mampir di blog saya.. kalau mau tanya tanya silahkan saja ibu masukkan komentar ibi di sini.. insha Allah saya balas sepengetahuan saya..
Delete