Penggunaan Herbisida Bagi Penanggulangan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit




1.        PENDAHULUAN
Seperti diketahui bahwa perkebunan kelapa sawit indonesia adalah terluas di seluruh dunia, dan penyumbang terbesar bagi devisa negara dalam sektor agribisnis.  Meningkatnya minat investasi dibidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di indonesia akhir akhir ini merupakan gejala yang sangat menarik untuk diamati, karena pemain asing seperti Malaysia seperti Sime Darby, IOI, Kulim Sdn Bhd, dan Tabung Haji Sdn Bhd,  saat ini cukup gencar untuk memperluas areal lahannya di Indonesia, mengingat di negaranya sendiri lahan untuk perkebunan kelapa sawit sudah sangat terbatas.
Pemain Asing lainnya yang tak kalah gencarnya adalah Korea selatan dengan bendera Korindonya, ataupun dengan bendera sendiri yang  saat ini telah melaksanakan ekspansi pembukaan lahan yang cukup  luas di Propinsi Papua seperti PT Dongin Prabhawa (Korindo Group), PT Bio Inti Agrindo (Korindo Group), PT Berkat Citra Abadi, PT Papua Agro Lestari, PT Indosawit Lestari, dua lagi anak perusahaan, PT Balikpapan Forest Industries dan PT Inocin Kalimantan, sementara PT Samsung mengembangkan perkebunan di wilayah Riau dengan mengakuisisi PT Gandaerah Hendana.
Belum lagi bila kita melihat perusahaan swasta nasional yang telah lama bermain di komoditas kelapa sawit yang kini mengusahakan perkebunan sawit dengan luasan lebih dari 100.000 ha, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk, PT PP Lonsum Tbk, juga Golden Agri Resources Ltd (GAR)/Sinarmas Grup, Wilmar International, Salim Grup dan masih banyak lagi, selain itu adanya 
Sementara itu ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih terus berlanjut. Dari Palembang, Sumatera Selatan dikabarkan raksasa pangan asal Amerika Serikat, Cargill Inc. akan menambah luasan perkebunan kelapa sawit mereka di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan produksi mereka dan memenuhi permintaan pasar dunia terhadap komoditi ini.
Belum lagi perusahaan Negara yang telah lama berkecimpung di dunia perkebunan kelapa sawit sejak dari jaman kolonial Belanda, sperti PTPN I, PTPN II, PTPN III, PTPN IV dan masih banyak lagi, yang total areal yang dimiliki sekitar 690,32 ribu hektar.
Eforia pembangunan perkebunan kelapa sawit yang dinikmati oleh perusahaan besar sawasta nasional maupun asing juga perusahaan negara, berdampak meningkatnya pula perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat, bahkan luasan areal perkebunan rakyat hingga tahun 2014 sedikit lebih kecil dari luasan perkebunan swasta yakni 4,54 juta hektar, berikut tabel perkembangan luas areal tanam perkebunan kelapa sawit di indonesia
Tabel 1. Luas Areal Tanam Perkebunan Kelapa Sawit 2010 - 2014
Perkebunan
2010
2011
2012
2013
2014
Perkebunan Rakyat
3.387.258
3.620.096
4.137.620
4.415.796
4.543.121
Perkebunan Negara
631.520
636.713
683.226
686.863
690.312
Perkebunan Swasta
4.366.617
4.651.588
4.751.868
4.744.619
4.977.459
Jumlah
8.385.395
8.908.397
9.572.714
9.847.278
10.210.892
Studi Tentang Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Global Mapindo Kreasi diolah

Dari tabel diatas, dilihat luasan areal tanam berdasarkan wilayah, maka pulau Sumatera adalah wilayah terluas areal tanam perkebunan kelapa sawit dengan luas areal 6,54 juta hektar atau menyumbang sekitar 64,08 persen dari total areal tanam kelapa sawit,  kemudian kalimantan dengan luas areal tanam 3,27 juta hektar atau meyumbang sekitar 32,07 persen, berikut luas areal tanam berdasarkan wilayah

Tabel 2. Luas Areal Tanam Berdasarkan Wilayah
Perkebunan
Sumatera
Jawa
Kalimantan
Sulawesi
Maluku Papua
Perkebunan Rakyat
3.512.446
8.644
847.599
146.590
27.842
Perkebunan Negara
528.055
16.344
113.580
17.043
15.290
Perkebunan Swasta
2.502.245
5.448
2.313.577
133.135
23.054
Jumlah
6.542.746
30.436
3.274.756
296.768
66.186
Peran (%)
64,08
0,30
32,07
2,91
0,65
Studi Tentang Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Global Mapindo Kreasi diolah
2.     GULMA
Dengan luas tanaman kelapa sawit  10.21 juta hektar, maka tingkat pengendalian gulma harus menjadi perhatian serius bagi petani maupun perusahaan perkebunan,  Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok. Dalam pengertian ini, semua praktik budi daya di pertanaman (sejak penyiangan lahan) dapat dibedakan anatara yang lebih meningkatkan daya saing tanaman pokok atau yang meningkatkan daya saing gulma. Praktik budi daya yang keliru akan berakibat pada meningkatkan daya saing gulma,Taksiran akibat adanya gulma di lahan perkebunan kelapa sawit akan mengakibatkan penurunan produksi sebesar 12 - 20 persen, dan juga bisa berdampak pada penghambatan pemupukan, pemanenan, pembrantasan hama dan penyakit tanaman serta lain nya.

2.1.    JENIS JENIS GULMA
Berdasarkan tingkat pertumbuhan dan kompetensinya, gulma di dalam dunia perkebunan khususnya kelapa sawit dapat dikelompokan menjadi 4 ( empat ) klas.
a.   Klas A
     Sangat berbahaya dan harus dieradikasi, sifat-sifat gulma
·       Sangat kompetitif
·       Mengeluarkan zat racun yang menghambat pertumbuhan tanaman
·       Sebagai inang alternative hama dan penyakit
     Mengganggu pekerja ( contoh: bambu,lalang,putihan,dan lain-lain)
b.  Klas B
     Gulma klas ini sangat berbahaya,kompetitif yang harus dikendalikan secara terus menerus dan apabila perlu harus dieradikasi.
c.   Klas C
   Kurang kompetitif dan dapat ditolerir, akan tetapi memerlukan pengendalian yang teratur. Bermanfaat untuk mencegah erosi.
d.  Klas D
   Merupakan gulma bermanfaat kurang kompetitif dan keberadaannya perlu dipertahankan. (Contoh : Ageratum, Euphorbia heterophylla, Hyptus Spp, Cleome Spp.)
                         Tabel 3. Pengelompokan dan Klas Gulma
Nama Botani
Nama Umum
Klas Toleransi Gulma
K. Sawit
Karet
Kakao
Kelompok Rumput-Rumputan




Axonopus copressus
Rumput pakisan
C
C
C
Bambosa spp
Bambu
A
A
A
Brachiaria mutica
Rumput Melala
A
A
A
Centhothcca lappacea
Rumput lilit kain
B
B
B
Cholis Barbata
Rumput plush
C
C
C
Chrysopogon aGMP-Kulatus
Rumput jarum
C
C
C
Crytococum ascrescens
Rumput panic
C
C
C
Cynodone dactylon
Rumput grintingan
C
C
C
Digitaria adscendens
Rumput cakar ayam
C
C
C
Enchinochloa colomun
Rumput hutan
C
C
C
Elensine indica
Jakut jampang
B
B
B
Ischaemun muticum
Lalang
A
A
A
Ischaemun timorense
Rumput kemarau
B
B
B
Othochloa nodosa
Rumput tembaga timur
B
B
B
Panicum repens
Rumput kawatan
B
B
B
Panicum sarmentorum
Rumput lempuyangan
A
A
A
Paspalum commersonii
Rumput sarang buaya
A
A
A
Panisetum purpureum
Rumput kerbau
C
C
C
Panisetum sentosum
Rumput gajah
B
B
B
Setaria Palifora
Rumput ekor kucing
A
A
A
Remeda arguens
Rumput bambu
C
C
C
Ripsacum laxum
Rumput primping
B
B
B
Teki-Tekian.




Cyperus spaceolatus
Teki
B/C
B/C
B/C
Cyperus rotundus
Teki
B
B
B
Fimristylis spp
Teki
B/C
B/C
B/C
Scleria sematrensis
Rumput Lumpur
B
B
B
Gulma Daun Lebar (Monokotil)




Colocasia spp
Keladi,talas
A/B
A/B
A/B
Commenlina nudiflora
Rumput alur
B/C
B/C
B/C
Curculigo vilosa
Lumba
B
B
B
Dianella sp
Siak jantan
B
B
B
Elettariospsis curtisii
Jahe liar
A
A
A
Globa pendula
Jahe liar
A
A
A
Musa spp
Pisang liar
A


Gulma Daun Lebar( Dikotil)




Ageratum conyzoides
Babadotan
D
D
D
Amaranthus intrusa
Bayam duri
C/D
C/D
C/D
Borreria laericaulis
Pengorak
B
B
B
Brrreria latifolia
Gendong anak
B
B
B
Cassia alata
Gendong anak
C
C
C
Cassia cobanensis
Gelanggang
A
A
A
Cassia tora
Gelanggang
A
A
A
Chromolaena odorata
Kacang kasia
B
B
B
Cleome aciliata
Putihan
A
A
A
Clidemia hirta
Maman
D
D
D
Cordia currassavica
Herendong
A
A
A
Croton hirtus
Sckendal
A
A
A
Euphorbia heterophylla
Ara tanah
D
D
D
Hyptis brevipes
Patik mas
D
D
D
Melastoma affine
Senduduk
B
B
B
Melassoma malabrathicum
Bunga tahi ayam
A
A
A
Mikania micrantha
Sembuk rambat
A
A
A
Mimosa invisa
Mikania
B
B
B
Mimosa pigra
Kucingan
B
B
B
Mimosa Pudica
Kucingan gajah
A
A
A
Passiflora foetida
Utri malu
B/C
B/C
B/C
Sida acuta
Markisa hutan
B/C
C
B
Salamum torrum
Lidah ular
C
C
B/C
Stachytarpheta indica
Rimbang-rimbangan
B
B
A
Tetracera scandens
Jarong
C
C
B/C

Mampelas
A
A
A
Pakis – Pakisan




Abacopteris triphylla
Pakis
B
B
B
Adiantum tetraphyllum
Pakis
C
C
B
Athyrium malaccence
Pakis malaka
C
C
B
Cyclosorus aridus
Pakis kadal
B/C
B/C
B
Dicranopteris linearis
Pakis kawat
A
A
A
Nephrolepsis biserrata
Pakis larat
C
C
C
Pteridium esculentum
Pakis gajah
A
A
A
Stenochlaena palustris
Pakis undang
A
A
A
Sumber :  Studi Tentang Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Global Mapindo Kreasi

2.2.    KERUGIAN AKIBAT GULMA
Pada prisipnya perawatan tanaman adalah pekerjaan mengendalikan gulma pada tanaman kelapa sawit, untuk menghindari daya saing antara gulma dan tanaman kelapa sawit, tumbuhnya gulma pada areal kelapa sawit sdikit banyak akan mengurangi prdoduktifitas tanaman antara lain :
  • Menurunkan produksi tanaman kelapa sawit, akibat bersaing dengan gulma dalam mengambil unsur hara dari tanah, sinar matahari dan ruang hidup.
  • Menurunkan produktifitas tanaman kelapa sawit, akibat terkontaminasi oleh bagian bagian tanaman gulma
  • Sebahagian gulma mengeluarkan zat aleopati yang sangat merugikan tanaman kelapa sawit karena mengganggu pertumbuhannya
  • Tempat persembunyian bagi hama tanaman kelapa sawit, dan jiga sebagai inang hama, yang sewaktu waktu dapat menghantam tanaman dalam skala besar dan serentak.
  • Menggangu tata kelola air pada tanaman karena kelancaran buangan air bisa terhambat oleh gulma sehingga sangat memungkinkan bisa menjadikan areal tergenang
Secara umum, metode pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit belum ada yang benar benar dapat menekan gulma secara keseluruhan, adakalanya metode yang diterapkan pada jenis gulma yang satu mampu menekan pertumbahan gulma pada fase yang baik, tetapi adakalanya metode tersebut tidak tepat pada pengendalian gulma lainnya.
Disinilah dituntut pengetahuan tentang jenis jenis gulma yang ada di perkebunan dan bagaimana mengendalikannya, baik secara manual maupun chimestry, disamping juga tehnis pengendalian dan faktor biaya yang akan di keluarkan, dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, dimana apabila kondisi gulma yang ada masih dibawah biaya pengendaliannya maka untuk sementara belum dilakukan pengendalian, sehingga pengendalian gulma dapat terjaga dan terjadwal dengan baik, dan biaya dapat di pergunakan dengan tepat guna dan tepat sasaran.
Sasaran pengendalian gulma pada lahan kelapa sawit yakni pada dua tempat pada piringan dan gawangan, prinsip dasar pengendalian gulma yakni membersihhkan gulma seperti rumput pada piringan, memberantas ilalang pada piringan dan gawangan serta  tanaman pengganggu di gawangan seperti anak kayu.

2.3.    PENGENDALIAN GULMA
1.    Lalang
Untuk memberantas gulma ilalang di sarankan menggunakan herbisida bersifat sistemik agar perakaran atau rimpang ikut terberantas dengan herbisida berbahan aktif Glifosat,  aplikasi penyemprotan dilakukan pada saat lalang optimal biasanya pada saat lalang akan berbunga, dan jangan dilakukan pada saat hari mendung, panas matahari sangat terik, ataupun tiupan angin sangat kencang hal ini akan mengakibatkan efektifitas semprotan berkurang
Penyemprotan lalang dilakukan secara tuntas, oleh karena itu aplikasi herbisida ini harus dilakukan secara berkesinambungan, mulali dari penyemprotan, sheet, spot sampai wiping, dengan interval 3 - 4 minggu atau 21 hari setelah penyemprotan lalalang, sedangkan alat penyemprotan yang digunakan adalah knapsack sprayer  dengan nozzle volume tinggi (HVS) Volume Rendah (LVS) maupun motor sprayer, tergantung pertumbuhan lalang dan umur tanaman. Berikut Dosis yang dianjurkan penggunaan herbisida untuk pemberantasan Ilalang
2.    Pakis Pakisan dan Teki Tekian
Tidak semua tanaman pakis berbahaya bagi perkebunan, pengendalian pakis hanya dilakukan bagi pakis yang berbahaya bagi perkebunan saja seperti pakis kawat Dicranopteris linearis, Pakis Udang Stenochlaena palustris dan Pakis Gajah Pteridium esculentum
Beberapa jenis herbisida yang efeltif untuk memberantas dan mengendalikan gulma jenis pakis pakisan ini dengan bahan aktif Metsulfuron Methyl,  atau berbahan aktif bahan 2,4 D dimetilamina
Penyemprotan dilakukan dengan menyemprot seluruh bagian gulma sampai basah secara merata dengan menggunakan nozzle volume tinggi misalnya polijet atau fanjet, dan usahakan kabut semprotan jangan sampai kena pada tanaman perkebunan, karena bahan aktif paraquat dapat menyebabkan efek terbakar pada daun.
3.    Mikania
Mikania termasuk gulma berdaun lebar dan digolongkan gulma berbahaya bagi tanaman perkebunan, gulma ini banyak tumbuh di areal rendahan seperti rawa, dan lahan gambut, karena pertumbuhan kimania sangat cepat, maka pengendaliannya harus dilakukan sedini mungkin sebelum pertumbuhan mikania tersebut semakin meluas.
Herbisida yang biasa digunakan adalah berbahan aktif paraquat, atau bahan aktif lainnya seperti Fluroksipir Metil Heptil Ester
4.    Gulma Berkayu,  Pisang Hutan, dan Keladi Liar
Pengendalian gulma jenis Gulma Berkayu,  Pisang Hutan, dan Keladi Liar, dianjurkan dengan menggunakan herbisida sistemik, agar seluruh bonggol, perakaran dan umbi turut terberantas dengan menggunakan herbisida Metsulfuron Methyl dicampur dengan bahan perekat Surfaktan, atau dengan menggunakan herbisida berbahan aktif  2,4 D dimetilamina dan Triklopir Butoksi Etil Ester dioleskan pada batang anak kayu yang sudah di potong
Dalam perkebunan gulma yang tumbuh tidak lah 1 atau 2 macam saja, bahkan bisa berbagai macam jenis gulma yang tumbuh, untuk itu diperlukan pengamatan khusus terhadap gulma yang tumbuh agar didapat aplikasi herbisida yang tepat dan efektif dan efisien dalam memberantas gulma, berikut aplikasi herbisida bagi lahan perkebunan kelapa sawit
                   Tabel  Aplikasi Herbisida pada Piringan dan Jalan Panen Perkebunan Kelapa Sawit
Usia
Gulma Dominan
Herbisida Bahan Aktif
Dosis /Ha
Thn
Bahan Aktif
(cc/gr)
1 - 3
Rumput + LCC + Daun Lebar
Glifosat + Metsulfuron Methyl
1,5 L + 75 Gr

Mikania + Daun Lebar + Rumput
Glifosat + Fluroksipir Metil Heptil Ester
1.5 L + 0.3 L

Pakis + Daun Lebar + Rumput
Paraquat Diklorida + Metsulfuron Methyl
1.5 L + 75 G

Lalang Sheet
Glifosat
5,0 L
3 - 5
Rumput + LCC + Daun Lebar
Glifosat + Metsulfuron Methyl
1,0 L + 50 Gr

Mikania + Daun Lebar + Rumput
Glifosat + Fluroksipir Metil Heptil Ester
1.0 L + 0.3 L

Pakis + Daun Lebar + Rumput
Paraquat Diklorida + Metsulfuron Methyl
1.0 L+ 50 G

Lalang Sheet
Glifosat
3,0 L
> 5
Rumput + LCC + Daun Lebar
Glifosat + Metsulfuron Methyl
1,0 L + 50 Gr

Mikania + Daun Lebar + Rumput
Glifosat + Fluroksipir Metil Heptil Ester
1.0 L + 0.3 L

Pakis + Daun Lebar + Rumput
Paraquat Diklorida + Metsulfuron Methyl
0,5 L + 25 G

Lalang Sheet
Glifosat
3,0 L

Anak Kayu
Metsulfuron Methyl + Surfaktan
150 G + 1.0 L

2,4 D dimetilamina
3,0 L

Triklopir Butoksi Etil Ester + Solar
50 Ml + 1,0 L

Pisang Pisangan
Metsulfuron Methyl + Surfaktan
150 G + 1.0 L

Bambu
Soduim Chlorate
20%

Keladi Liar
Metsulfuron Methyl + Surfaktan
150 G + 1.0 L
  Sumber :  Studi Tentang Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit Global Mapindo Kreasi

2.4.    PENGGOLONGAN HERBISIDA
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok dikenal dengan nama “Herbisida“.  Penggolongan Herbisida berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi dua yakni herbisida Kontak langsung dan herbisida Sistemik
1.    Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung cepat mematikan atau membunuh jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik.
Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan proses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat.
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma
Contohnya herbisida kontak adalah herbisida yang bahan aktifnya asam sulfat 70 %, besi sulfat 30 %, tembaga sulfat 40 % dan paraquat
2.    Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas – tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut. Contoh herbisida sistemik adalah Glifosat, Sulfosat, Triclopir butoxy etil ester, Fluroksipir metil heptil ester, 2,4-D dimetil amina, Methyl Metsulfuron

2.5.    CARA KERJA HERBISIDA BAHAN AKTIV

1.    Glifosat
Herbisida bahan aktif Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik bagi gulma sasaran. Diantara keempat jenis bahan aktif tersebut, glifosat merupakan herbisida bahan aktif yang paling banyak dipakai diseluruh dunia. Selain sifatnya sistemik yang membunuh tanaman hingga mati sampai ke akar-akarnya, juga mampu mengendalikan banyak jenis gulma seperti Imperata cylindrica, Eulisine indinca, Axomophus comprsseus (pahitan) , Mimosa invisa (putri malu), Cyperus iria (teki), Echinocloa crussgali (jajagoan) dan lain-lain.
Glifosat, herbisida terpenting di dunia saat ini  adalah herbisida translokasi, menghambat kerja enzim enolpyruvylshikimate phosphate synthase (EPSPS), enzim yang terlibat dalam sintesa tiga asam amino.
Glifosat memiliki daya bunuh yang tinggi terhadap rerumputan dan sering mengeradikasi gulma rerumputan lunak seperti Paspalum conjugatum dan Ottochloa nodosa sehingga akhirnya tanah menjadi terbuka. Kesempatan seperti ini memberi kesempatan bagi banyak biji-biji gulma berdaun lebar untuk berkecambah dan akhirnya menjadi dominan  
Gulma rerumputan seperti ini dikategorikan sebagai kelas B yang bermanfaat dan memerlukan kurang pengendalian B. Pemakaian glifosat secara terus-menerus sering menyebabkan terjadinya eradikasi gulma lunak sedangkan dengan parakuat campuran memperlihatkan kebalikannya.
Saat ini terdapat ± 248  produk terdaftar di Direktorat Jenderal Prasarana dan sarana pertanian untuk bahan kimia yang menggunakan bahan aktif Isopropil amina glifosat dari lebih 50 perusahaan pemegang daftar, berikut tabel 10 produk yang menggunakan bahan aktif Isopropil amina glifosat
             Tabel    10 Terdaftar Bahan Aktif Isopropil amina glifosat untuk Perkebunan Kelapa Sawit
No
Merek Dagang
Pemegang Terdaftar
No Terdaftar
Berlaku Hingga
1
Bionasa 480 SL
PT Biotis Agrindo
RI 0130120031806
04 April 2018
2
Kleen Up 480 SL
PT Nufarm Indonesia
RI 0103011989819
31 Desember 2018
3
Kill-Up 480 SL
PT Agrotech Pesticide Industry
RI. 01030120072767
23 April 2017
4
Lock Up 480 SL
PT Agri kimia Nusantara
RI. 01030120134693
09 September 2018
5
Move-Up 480 SL
PT. Zeenex AgroScience
RI. 01030120134697
09 September 2018
6
Rockon 620 SL
PT Dalzon Chemical Indonesia
RI. 01030120134624
04 April 2018
7
Round Up 486 SL
PT. Monagro Kimia
RI. 01030120001560
18 Maret 2016
8
Speedup 480 SL
PT Agrow
RI. 01030120011647
01 January 2017
9
Sun Up 480 SL
PT Adil Makmur Fajar
RI. 0103011987815
09 September 2018
10
Touchdown 620 SL
PT Syngenta Indonesia
RI. 01030120093384
09 September 2018
Sumber : Dirjen PSP diolah Global Mapindo Kreasi

2.    Parakuat
Herbisida ini merupakan herbisida kontak yang umum digunakan untuk purna tumbuh. Herbisida yang berbahan aktif Parakuat ini sangat cocok digunakan oleh mereka untuk yang ingin mengolah lahan secara cepat dan segera. Hal ini karena daya kerja parakuat begitu cepat dimana setelah aplikasi , hasilnya dapat terlihat 1 jam kemudian, sehingga dalam waktu 3 – 4 hari berikutnya lahan bisa ditanami.
Parakuat merupakan herbisida kontak yang mematikan tumbuhan dengan cara merusak membran sel. Berdasarkan Pengalaman dilapangan pemakaian paraquat memiliki keunggulan dalam hal suksesi gulma, fitotoksisitas, dan rainfastness. Parakuat, herbisida kontak, menyebabkan kematian pada bagian atas gulma dengan cepat tanpa merusak bagian sistem perakaran, stolon, atau batang dalam tanah, sehingga dalam beberapa minggu setelah aplikasi gulma tumbuh kembali.
Saat ini terdapat 100 Merek terdaftar di Direktorat Jenderal Prasarana dan sarana pertanian, untuk herbisida Paraquat Diklorida untuk membasmi gulma perkebunan kelapa sawit dan lebih dari 50 pemegang izin terdaftar, berikut berikut tabel 10 produk yang menggunakan bahan aktif Paraquat Diklorida
  Tabel    10 Terdaftar Bahan Aktif Isopropil amina glifosat untuk Perkebunan Kelapa Sawit
 
No
Merek Dagang
Pemegang Terdaftar
No Terdaftar
Berlaku Hingga
1
Bigquat 276 SL
PT Ria Anugerah Semesta
RI. 01030120093319
10 October 2019
2
Fastquat 276 SL
PT. Bahtera Boniaga Lestari
RI. 01030120134865
12 December 2018
3
Gramoxone 276 SL
PT Syngenta Indonesia
RI. 010301197436
03 March 2016
4
Gulmaxone 276 SL
PT Surat Tani
RI. 01030120072867
10 October 2017
5
Herbatop 276 AS
PT Agro Dahlia Profitamas
RI. 0103011981526
09 Desember 2018
6
Mupxone 276 SL
PT Agrotech Pesticide Industry
RI. 01030120072963
10 October 2017
7
Noxone 297 SL
PT Multi Sarana Indotani
RI. 01030120031907
10 October 2017
8
Paraxone 276 SL
PT Delta Agro
RI. 01030120062183
03 March 2016
9
Proquat 276 SL
PT Nathani Indonesia
RI. 01030120083074
04 April 2018
10
Rolixone 276 SL
PT Rolimex Kimia Nusamas
RI. 01030120062467
06 June 2016
Sumber : Dirjen PSP diolah Global Mapindo Kreasi

3.    Metil Metsulfuron
Herbisida yang berbahan aktif metil metsulfuron ini merupakan herbisida sistemik dan bersifat selektif untuk tanaman padi. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pra tumbuh dan awal purna tumbuh. Beberapa gulma yang mampu dikendalikan oleh herbisida ini antara lain: Monocholria vaginalis (eceng gondok), Cyperus diformis (teki), Echinocloa crusgalli (jajagoan), semanggi serta gulma lain yang tergolong pakis-pakisan.
Produk berbahan aktif Metil Metsulfuron yang terdaftar di dirjen Prasarana dan sarana pertanian ada kurang lebih 58 produk untuk pertanian dan perkebunan kelapa sawit, berikut 10 produk yang menggunakan bahan aktif Metil Metsulfuron.
Tabel    10 Merk Terdaftar Bahan Aktif  Metil Metsufuron untuk Perkebunan Kelapa Sawit
 
No
Merek Dagang
Pemegang Terdaftar
No Terdaftar
Berlaku Hingga
1
ALLY 20 WG
PT Dupont Agricultural
RI. 0103011988837
12 December 2018
2
Amcofur 20 WP
PT Adil Makmur Fajar
RI. 01030120103817
01 January 2016
3
Biofuron 20 WG
PT Yano Agro Science
RI. 01030120031745
12 December 2018
4
Erkafuron 20 WG
PT Rolimex Kimia Nusamas
RI. 01030120062405
06 June 2016
5
Kenly 20 WG
PT Kenso Indonesia
Rl.01030120062432
23 Juni 2016
6
Metsulindo 20 WP
PT Inti Everspring Indonesia
RI. 01030119991484
06 June 2016
7
Metafuron 20 WG
PT Nufarm Indonesia
RI. 01030120011579
10 October 2016
8
Rally 20 WG
PT Petrokimia Kayaku
RI. 01030120062464
03 March 2016
9
Rapid 20 WG
PT Biotis Agrindo
RI. 01030120042129
07 July 2019
10
Rover 20 WG
PT Tanindo Intertraco
RI. 01030120083291
01    January 2016
          Sumber : Dirjen PSP diolah Global Mapindo Kreasi
4.      2,4-D dimetilamina
Herbisida 2,4-D adalah kelompok herbisida yang merupakan kelompok Aryloxyalcanoic Acid atau yang sering disebut sebagai kelompok fenoksi. Fenoksi merupakan kelompok hormon tumbuhan sintetis dan bekerja seperti asam indol asetat (IAA), dan bersifat sistemik  2,4 – D dimetilamina  termasuk salah satu bahan aktif herbisida yang paling dikenal. Sifat herbisida ini kurang lebih hampir sama dengan metil metsulfuron yaitu sistemik dan selektif. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma purna tumbuh baik yang berdaun lebar maupun rumput teki. Adapun beberapa jenis gulma yang dapat dikendalikan dengan herbisida 2,4-D ini antara : Spenochlea zeylanica, Cyperus iria (teki), Cynodone dactylon (Rumput Grintingan) , Axonopus copressus (Rumput Pakisan) keladi dan lain-lain.
Produk berbahan aktif 2,4-D dimetilamina yang terdaftar di dirjen Prasarana dan sarana pertanian ada kurang lebih 58 produk untuk pertanian dan perkebunan kelapa sawit, berikut 10 produk yang menggunakan bahan aktif 2,4-D dimetilamina
                      Tabel    10 Merk Terdaftar Bahan Aktif  2,4 D untuk Perkebunan Kelapa Sawit
No
Merek Dagang
Pemegang Terdaftar
No Terdaftar
Berlaku Hingga
1
ABA 865 SL
PT Agro Guna Makmur
RI. 01030120062198
06 June 2016
2
Aladin 865 SL
PT Agricon
RI. 01030120021673
07 July 2017
3
Alkor 480 SL
PT Delta Agro Mulia Sejati
RI. 01030120124202
04 April 2017
4
Agni 865 SL
RI. 01030120083097
10 October 2017
5
Indamin 865 SL
PT Indagro
RI. 0103011977244
29 April 2018
6
Lindomin 865 SL
PT Nufarm
RI. 0103011989867
06 June 2016
7
Maxitol 865
PT Dalzon Chemical Indonesia
RI. 01030120042026
07 July 2019
8
Rexmino 865 SL
PT. Nusa Mandiri Utama
RI. 01030120134813
12 December 2018
9
Rhodiamine 865 SL
RI. 0103011984674
10 October 2019
10
Shooter 865 SL
PT Agrow
RI. 01030120031798
12 December 2018
Sumber : Dirjen PSP diolah Global Mapindo Kreasi
5.      Triklopir butoksi etil ester
Bahan Aktif Triklopir butoksi etil ester  termasuk herbisida  sistemik don selektif  dan cara kerja Triklopir diabsorbsi oleh daun dan akar, serta di translokasikan ke seluruh jaringan tumbuhan.  Triklopir dapat merusak tumbuhan melalui translokasi akar tetapi tidak terlalu efektif. Triklopir berperan sebagai auksin sintetis, memberikan tumbuhan auksin yang berlebihan sekitar 1000 kali dari yang dibutuhkan tumbuhan, sehingga menggangu keseimbangan hormon dan menggangu pertumbuhan, waktu aplikasi herbisida ini sebaiknya pada saat gulma tumbuh aktif.
Pada perkebunan kelapa sawit herbisida berbahan aktif Trklopir butoksi etil ester sangat efektif untuk memngendalikan gulma Chromolaena odorata,  Clidemia hirta,  Melastoma malabathricum, Mikania micrantha (Sembuk Rambat)
Tidak banyak produsen herbisida yang bermain din bahan aktif Triklopir butoksil etil ester, saat ini terdaftar 23 Merek dagang di Dirjen Prasara dan Sarana Pertanian, berikut 10 buah merek berbahan aktif Triklopir
                 Tabel    10 Merk Terdaftar Bahan Aktif  Triklopir  untuk Perkebunan Kelapa Sawit
No
Merek Dagang
Pemegang Terdaftar
No Terdaftar
Berlaku Hingga
1
Amcopyr 670 EC
PT Adil Makmur Fajar
RI. 01030120124336
17 Oktober 2017
2
Arbota 480 EC
PT Multi  Sarana Indotani
RI. 01030120093402
31 Desember 2018
3
Biolon 480 EC
PT Biotis Agrindo
RI. 01030120093412
15 April 2019
4
Cowboy 480 EC
PT. Zeenex AgroScience
RI. 01030120134674
25 September 2018
5
Garlon 670 EC
PT. Dow AgroSciences Indonesia
RI. 0103011984695
25 September 2018
6
Kenlon 480 EC
PT Kenso Indonesia
RI. 01030120062433
23 Juni 2016
7
Kreslon 480 EC
PT Sari Kresna Kimia
RI. 01020120103846
3 Januari 2016
8
Rexlon 670 EC
PT. Nusa Mandiri Utama
RI. 01030120134812
9 Desember 2018
9
Starlon 665 EC
PT Nufarm Indonesia
RI. 01030120072899
6 Juli 2017
10
Welsa 480 EC
PT Yanno Agroscience Indonesia
RI. 01030120103694
22 Juni 2015

6.      Fluroksipir Metil Heptil Ester
Fluroksipir adalah herbisida nonfenoksi yang dapat ditranslokasikan dan memperlihatkan tingkat aktivitas yang tinggi terhadap gulma berdaun lebar.  Fluroksipir tergolong ke dalam herbisida auksin. Pada dosis rendah bersifat sebagai auksin, namun pada dosis yang tinggi bersifat sebagai herbisida (mematikan). Fluroksipir mempengaruhi sintesis lemak dan RNA
Terganggunya sintesis lemak sebagai salah satu komponen membran sel akan diikuti oleh terganggtmya proses-proses biokimia yang lain. Sedangkan terganggunya sintesis RNA akan mempengaruhi transfer infomasi genetik, selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan, bentuk, dan fungsi organ tanaman (epinasti, bengkok batang, daun keriting) Fluroksipir juga mempengaruhi kemampuan tanaman dalam metabolisme nitmgen dan produksi enzim, Fluroksipir efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar antara lain , Ageratum conyzoides (Babadotan),  Synedrella nodiflora, Melastoma affine (Senduduk) dan lainnya
Hanya ada 8 merek terdaftar di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yakni
   Tabel Merk Terdaftar Bahan Aktif Fluroksipir Metil Heptil Ester untuk Perkebunan Kelapa Sawit
No
Merek Dagang
Pemegang Terdaftar
No Terdaftar
Berlaku Hingga
1
Erkaren 290 EC
PT Rolimex Kimia Nusantara
RI. 01030120134862
31 Desember 2018
2
Erkaren 480 EC
PT Rolimex Kimia Nusantara
RI. 01030120134862
31 Desember 2018
3
Fluran 290 EC
PT Remaja Bangun Kencana
RI. 01030120103735
06 September 2015
4
Kenrane 288 EC
PT Kenso Indonesia
RI. 01030120103759
06 September 2015
5
Roxy 300 EC
PT Agro Sejahtera Indonesia
RI. 01030120134714
25 September 2018
6
Starane 290 EC
PT Dow Agrosciences Indonesia
RI. 01030120083155
4 Januari 2018
7
Starane 480 EC
PT Dow Agrosciences Indonesia
RI. 01030120083155
4 Januari 2018
8
Startrex 288 EC
PT Petrokimia Kayaku
RI. 01030120083156
17 Oktober 2017
  Sumber : Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Diolah Global Mapindo Kreasi
7.      Pencampuran Herbisida
Jika harus mencampur maka perlu diperhatikan untuk mencampur pestisida berbentuk tepung terlebih dahulu, setelah itu baru dimasukkan pestisida berbentuk cairan dan paling akhir adalah perekat atau perata.usahakan Untuk tidak mencampur lebih dari 3 macam jenis pestisida. Campuran ini harus disemprotkan hingga habis dalam waktu kurang dari 1 hari. Usahakan campuran dari produk dengan satu perusahaan ataupun perusahaan lain yang anda sudah mengenal kualitasnya.
Pencampuran yang salah akan menurunkan kualitas pestisida utama anda ketika dicampur dengan pestisida lainnya yang kurang berkualitas, pencampuran membutuhkan pengalaman dan biasa dilakukan oleh para petani yang telah berpengalaman seperti pencampuran antara Glifosat + Metsulfuron Methyl, untuk mengendalikan Rumput dan gulma berdaun lebar, atau mencampur antara Paraquat Diklorida + Metsulfuron Methyl untuk mengendalikan Pakis, gulma beraun Lebar, serta rumput, atau menggabungkan Glifosat + Fluroksipir Metil Heptil Ester untuk mengendalikan Mikania, Gulma berdaun lebar dan rumput.

2.6.    PENGGUNAAN HERBISIDA DI LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Pertimbangan dalam mengendalikan gulma dilahan perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan herbisida adalah salah satunya penggunaan tenaga kerja yang relatif kecil, dibandingkan dengan sistem manual, dan berdasarkan pengalaman dan pengamatan GMP-K bahwa pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida mampu menekan cost biaya perawatan tanaman lebih dari 40 persen dengan sirkulasi 1 : 3 (1 manual 3 menggunakan herbisida.
 Menggunakan herbisida misalnya glyphosat dengan 1,5 liter untuk penggunaan 1 hektar, dengan harga mulai dari Rp. 31.000 perliter hingga Rp. 58.500 dengan asumsi HK  Rp. 50.000 perhari, dengan asumsi harga tertinggi Rp. 58.500 x 1,5 = Rp 87.750 (biaya herbisida perhektar), kebutuhan tenaga kerja dalam 1 hektar adalah 0,5 Hk x Rp. 50.000 = Rp 25.000, jadi total kebutuhan perawatan dengan chemist adalah Rp. 87.750 + Rp. 25.000 = Rp. 112.750, sementara menggunakan manual dibutuhkan tenaga kerja 4 HK per hektar babat kandas 4 x Rp. 50.000 = 200.000, maka terjadi penekanan biaya perawatan sebesar Rp. 87.250 atau sebesar 43,63%.
Dengan Asumsi penggunaan Herbisida Glifosat sebesar 1,5 liter perhektar dengan 2 kali rotasi  dan kebutuhan paraquat 0,3 liter perhektar dalam 1 kali rotasi pertahun dapat dihitung kebutuhan herbisida  dalam 1 tahun untuk perkebunan baik perkebunan Besar sawasta maupun perkebunan Negara di Indonesia.
                              Tabel Kebutuhan Gramoxone Untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan
Luas
Kebutuhan
Nilai
Rotasi
Ha
Liter
Rupiah
Rupiah
Perkebunan Negara
690.312
1.035.468
60.574.878.000
121.149.756.000
Perkebunan Swasta
4.977.459
7.466.189
436.772.027.250
873.544.054.500
Perkebunan Rakyat
4.543.121
6.814.682
398.658.867.750
398.658.867.750
Jumlah
5.667.771
8.501.657
497.346.905.250
1.393.352.678.250
   Sumber : Diolah Oleh Global Mapindo Kreasi
Catatan :
-          Kebutuhan Glifosat 1,5 liter per hektar
-          Harga Glifosat Merk “Kleen Up” Rp. 58.500
-          Rotasi 2 Kali dalam 1 tahun PS dan PN
-          Rotasi 1 Kali dalam 1 tahun PR

                                    Tabel Kebutuhan Paraquat Untuk Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan
Luas
Kebutuhan
Nilai
Rotasi
Ha
Liter
Rupiah
Rupiah
Perkebunan Negara
690.312
345.156
19.242.447.000
19.242.447.000
Perkebunan Swasta
4.977.459
2.488.730
138.746.669.625
138.746.669.625
Jumlah
5.667.771
2.833.886
157.989.116.625
157.989.116.625
    Sumber : Diolah Oleh Global Mapindo Kreasi
Catatan :
-          Kebutuhan Glifosat 0,5 liter per hektar
-          Harga Glifosat Merk “Kleen Up” Rp. 58.500
-          Rotasi 1 Kali dalam 1 tahun PS dan PN
-          PR Tidak Melakukan Penyemprotan
Dari tabel diatas, untuk kebuthan herbisida Glifosat dengan kebutuhan 8,5 juta liter dengan nilai 497,3 milyar dalam 1 kali rotasi, dan dalam 1 tahun dilakukan 2 kali rotasi maka nilai penggunaan herbisida glifosat adalah Rp. 1,39 trilyun rupiah, sementara penggunaan Paraquat 2,83 juta liter dalam 1 kali rotasi dengan nilai 157,98 milyar rupiah, dan penggunaan herbisida glifosat dan paraquat untuk kebutuhan perkebunan kelapa sawit membukukan nilai Rp. 1.55 trilyun rupiah.

2.7.    PERKEMBANGAN PRODUKSI
Perkembangan produksi pestisida di indonesia menurut Ketua Umum Himpunan Masyarakat Pestisida Nasional (HMPN), Rusmanto, mengatakan pasar pestisida dalam negeri senilai Rp 5,6 triliun pertahun (industri.bisnis.com, 2012). Keadaan ini semakin mendorong perusahaan nasional yang masuk ke dalam pasar pestisida. Masuknya perusahaan nasional ini dipicu dengan regulasi yang mendukung dan mudahnya menduplikasi produk non-patent dari perusahaan market leader. Hal ini telah tercermin dari jumlah pestisida terdaftar pada Ditjen PSP Kementerian Pertanian yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah pestisida yang terdaftar di Kementerian Pertanian tercatat sejumlah 2.675 merek pestisida yang kemudian pada tahun 2014 telah menjadi 3.005 merek pestisida. Perkembangan jumlah pestisida yang terdaftar tersebut secara otomatis diiringi oleh meningkatnya persaingan pasar antar produsen/formulator dalam negeri dan impor. Bahkan karena lemahnya pengawasan, dalam tahun-tahun belakangan ini pasar pestisida dalam negeri disinyalir juga telah mengundang masuknya pestisida illegal.
Jenis pestisida berdasarkan sasarannya yang beredar di Indonesia hingga kini cukup banyak namun dari berbagai jenis tersebut pasar paling besar masih disumbangkan dari kelompok herbisida (42,5%), insektisida (37,5%), fungisida (18%) dan lainnya sebesar 2% (Purohim, 2013).
Melihat kondisi ini mendorong Indochemical untuk menampilkan laporan khusus tentang prospek industry dan pemasaran pestisida di Indonesia. Dalam penyusunan laporan ini digunakan dua jenis sumber informasi yaitu data sekunder yang diterbitkan oleh instansi terkait seperti BPS, Kementerian  Perindustrian, BKPM, Kementerian Pertanian dan lain-lain termasuk Ban Data yang dimiliki GMP-K. Untuk memperkuat laporan, data sekunder diperdalam dengan data primer hasil wawancara langsung, serta survey lapangan terhadap para pelaku terkait dengan industry pestisida, pakar pertanian, pemakai pestisida dan sumber lainnya yang terkait.
Menurut pengamatan Indochemical dalam 5 yahun terakhir (2010-2014) produksi Herbisida di Indonesia terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Selama periode 2010-2014 laju perkembangan produksi rata-rata herbisida di Indonesia meningkat sekitar 9,00% per tahun, dengan produksi tertinggi herbisida 76.042 ton.  Untuk melengkapi keterangan di atas maka ditampilkan table berikut ini.
                                           Perkembangan Peoduksi Pestisida, 2010-2014
Jenis Pestisida
Tahun
Trend
2010
2011
2012
2013
2014
rata-rata/th %
Herbisida
53.870
58.719
64.003
69.763
76.042

Trend (%)
-
9
9
9
9
9
Diolah oleh Indochemical dari berbagai sumber *dalam Ton
  Sumber : Diolah Oleh Global Mapindo Kreasi
2.8.    PROYEKSI KONSUMSI HERBISIDA DALAM DUNIA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Walaupun penggunaan herbisida dalam budidaya tanaman perkebunan, belakangan ini banyak kritikan tentang dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan, diperkirakan tidak banyak berpengaruh terhadap konsumsi atau penggunaan herbisida di Indonesia. Hal ini disebabkan peranan herbisida  dalam menunjang produksi perkebunan belum dapat digantikan oleh produk lainnya termasuk penggunaan herbisidaa alami yang belakangan ini terus akan dikembangkan, apalagi apabila di pengaruhi dari sektor biaya produksi yang dapat menghemat lebih dari 40 persen.
Kondisi ini disebabkan kebutuhan untuk terus meningkatkan produksi perkebunan kelapa sawit pada umumnya, Indikasi besarnya konsumsi/ permintaan herbisida di Indonesia tersebut juga tercermin dari jumlah formulasi pestisida terdaftar di Kementerian Pertanian yang terus meningkat, hal ini juga dari meningkatnya luas areal tanam perkebunan kelapa sawit di indonesia yang cenderung terus meningkat dari tahun ketahun
Menurut hasil penelitian Indochemical konsumsi herbisida  Indonesia akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya areal tanam perkebunan kelapa sawit rata rata pertumbuhan 5,06 persen pertahun.
Tabel Proyeksi konsumsi pestisida Indonesia, 2015-2018
Tahun
Glifosat (L)
Paraquat (L)
2015
8.931.840
2.977.280
2016
9.383.791
3.127.930
2017
9.852.981
3.286.204
2018
10.351.542
3.452.486
2019
10.875.330
3.627.181
  Sumber : Diolah Oleh Global Mapindo Kreasi

3.    EKSPOR DAN IMPOR
3.1.    EKSPOR
Ekspor Herbisida Indonesia pada tahun 2014 sebesar 15,45 ribu ton dengan nilai 99,57 juta ton, yang tebgai dalam 6 HS yakni HS 3808503100, HS 3808503900, HS 3808504000, 3808505000, 3808931900, 3808932000, dengan tujuan ekspor terbesar adalah singapore dengan volume 2.782,56 Ton, disusul oleh vietnam sebesar 2.533,92 Ton, dan China sebesar 2.374,22 Ton  untuk lebih jelasnya dapat disampaikan pada table berikut
          Tabel  Ekspor Herbisida Indonesia Tahun 2014 berdasarkan Negara Tujuan
HS
Negara
Volume KG
Nilai US $
3808503100
SINGAPORE
47.795
107.622
PHILIPPINES
833.538
1.815.351
MALDIVES
11.376
41.400
EAST TIMOR
14.724
31.167
3808503900
PHILIPPINES
12
7
MALAYSIA
228
228
GABON
9.505
64.864
EAST TIMOR
305
203
3808504000
HONG KONG
10.160
17.433
PAPUA NEW GUINEA
648
1.296
THAILAND
5.661
7.989
SINGAPORE
670.038
1.093.663
MALAYSIA
972.844
1.579.957
3808505000
THAILAND
9.195
147.928
PHILIPPINES
25.086
408.686
VIET NAM
49.448
226.346
SRI LANKA
484
6.159
GABON
5.149
36.719
3808931900
TAIWAN
120.375
1.518.970
CHINA
2.374.225
40.374.250
THAILAND
935.311
13.988.733
SINGAPORE
2.782.565
9.235.432
PHILIPPINES
2.152.053
3.349.739
MALAYSIA
836.786
6.444.413
MYANMAR (FORM. BURMA)
3.239
123.399
CAMBODIA
1.008
127.486
VIET NAM
2.484.476
9.487.567
INDIA
18.800
1.091.463
BANGLADESH
26.330
343.177
SRI LANKA
712.159
3.773.775
ISRAEL
14.520
66.480
ETHIOPIA
784
45.168
GHANA
22.985
72.665
NIGERIA
101.983
277.019
AUSTRALIA
72.015
892.572
NEW ZEALAND
12.324
355.686
UNITED STATES
5.000
691.050
ECUADOR
15.496
229.289
GERMANY, FED. REP. OF
50
1.250.000
3808932000
NIGERIA
86.800
219.400
SOLOMON ISLANDS
6.000
26.300
SINGAPORE
8.302
7.254
Total
15.459.782
99.578.305
  Sumber : BPS diolah

3.2.    IMPOR
Impor Herbisida indonesia yang tergabung dalam 5 HS yakni HS 3402119100, 3808502900, 3808503900, 3808504000, 3808505000, dengan volume impor sebesar 4.143,54 ton dengan nilai  US 13,65 juta, dengan volume impor terbesar dari China sebesar 1,026 juta Ton dengan nilai US$ 3,164 juta, berikut tabel Impor Herbisida Indonesia Tahun 2014
         Tabel  Impor Herbisida Indonesia Tahun 2014 berdasarkan Negara Tujuan
HS
Negara
Volume KG
Nilai US $
3402119100
JAPAN
262
1.844
TAIWAN
1.625
6.880
CHINA
38.800
147.820
SINGAPORE
1.612.384
5.743.792
PHILIPPINES
3
13
MALAYSIA
7.265
16.500
INDONESIA
18
622
AUSTRALIA
107.320
308.641
UNITED STATES
20.710
77.574
BRAZIL
10
256
FRANCE
5.568
183.494
GERMANY, FED. REP. OF
2.496
6.723
SWITZERLAND
16.000
28.480
SPAIN
219
4.518
3808502900
BELGIUM
40.595
117.045
ITALY
9
506
SPAIN
73.050
112.335
3808503900
CHINA
92.493
566.770
THAILAND
90.942
379.848
MALAYSIA
829.322
617.156
GERMANY, FED. REP. OF
63.103
1.604.756
3808504000
JAPAN
741
2.400
HONG KONG
177.184
945.763
CHINA
746.552
1.827.420
MALAYSIA
42.750
202.350
UNITED STATES
4.528
20.478
UNITED KINGDOM
190
2.454
FRANCE
4.545
23.068
GERMANY, FED. REP. OF
6.000
64.479
3808505000
CHINA
149.058
621.994
MALAYSIA
9.375
18.678
UNITED STATES
29
1.236
GERMANY, FED. REP. OF
400
2.320
Jumlah Total

4.143.546
13.658.213
Dari data ekspor dan impor diatas, dapat diambil suatu analisa konsumsi kebutuhan dan distribusi herbisida indonesia tahun 2014 adalah sebesar 64.724 ton untuk seluruh penggunaannya, berikut tabel Konsumsi Herbisda tahun 2014
                                      Tabel Konsumsi Herbisda Indonesia Tahun 2014
Jenis Pestisida
Produksi
Ekspor
Impor
Konsumsi
Herbisida
76.042
15.460
4.144
64.726
 Sumber : Diolah Oleh Global Mapindo Kreasi
4.    KESIMPULAN
Sebagai Negara agraris, yang mengandalkan sector pertanian sebagai penunjang ekonomi Negara telah menyebabkan Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi pestisida cukup besar.  Kondisi ini telah mendorong industry pestisida, khususnya industry formulasi Herbisda terus berkembang di Indonesia. Industri  formulasi pestisida pertama kali beroperasi di Indonesia  pada  tahun 1955, yang diproduksi oleh Pertamina PDN (Pembekalan Dalam Negeri), selanjutnya terus berkembang khususnya pada tahun 1970-an dengan beroperasinya beberapa produsen pestisida asing seperti PT Bayer Agro Chemicals, PT Zeneca  Agri  Product  Indonesia, PT Syngenta Indonesia dan lain-lain. Pendirian pabrik formulasi pestisida asing yang selanjutnya diikuti oleh perusahaan domestic telah menyebabkan jumlah produsen hingga tahun 2014 lebih dari 18 perusahaan formulasi dengan total kapasitas sebesar 269.170 ton per tahun. Dari kapasitas produksi tersebut 46% diantaranya adalah insektisida atau 124.050 ton per tahun, 81.020 ton per tahun herbisida  (30,1%), 41.100 ton per tahun fungisida (15,3%) dan 23.000 ton per tahun atau 8,5% merupakan pestisida lainnya.
Konsumsi dan permintaan Herbisida Indonesia yang terus meningkat tersebut telah mendorong beredarnya banyaknya herbisida ilegal dan mendorong investasi. Menurut Asosiasi Perusahaan Pestisida Multinasional (Appem) Peredaran pestisida palsu sudah memprihatinkan diperkirakan mencapai 12% dari total pestisida yang beredar. Saat ini tercatat ada 2 perusahaan yang akan membangun pabrik formulasi pestisida yaitu PT Agricorn dan PT. Multi Sarana Indotani anak perusahaan dari PT. BISI International Tbk.
Dengan nilai pasar sebesar 5,7 trilyun rupiah pada seluruh sektor pestisida, sementara nilai untuk kebutuhan herbisda pada dunia perkebunan saja pada 2 produknya yakni glifosat dan paraquat sudah membukukan nilai sebesar 1,55 trilyun rupiah atau beperan sebesar 28,20 persen sungguh suatu nilai investasi yang sangat baik.

GLOBAL MAPINDO KREASI

No comments:

Post a Comment